Kamis, 23 Maret 2017

Second Star

Second Star

Judul Cerpen Second Star
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta

Hiasan lampu khas pesta tampak begitu menyilaukan di mataku ditambah suara musik yang mengalun keras menggelegar di telingaku mengiringi pasangan-pasangan yang tengah asyik berdansa membuatku merasa sedikit pusing. Ditambah lagi pemandangan menyayat hati yang disuguhkan tepat di depan mataku, dimana orang yang kucintai selama lebih dari 10 tahun tampak sangat bahagia berdansa dengan kekasihnya yang tak lain adalah sahabatku sendiri. Aku hanya bisa tersenyum miris meratapi nasibku yang begitu menyedihkan ini
Perasaan terpendam yang sudah lama mengendap di dalam hatiku, pada awalnya kuyakini sebagai bunga yang kelak akan mekar sempurna di dalam hatiku, namun justru kini berubah menjadi pisau belati tajam yang perlahan mengiris dan menyayat seisi hatiku
“hey,.. ngelamun aja lo dari tadi” teguran ryan sahabatku yang lainnya membuat lamunanku buyar seketika
“e-ehh itu gue pusing di sini.. pulang yuk” jawabku sedikit gelagapan
“ahh elah.. lo gimana sih belum juga cukup sejam kita dimari udah mau pulang aja, bentar du..” ucapannya kupotong dengan menyumpal bibir cerewetnya itu dengan telunjukku saat mataku menangkap sesosok gadis yang tengah tersenyum ramah kepadaku. Senyum itu, senyum yang akhir-akhir ini melintas tanpa permisi di kepalaku saat pertama kali bertemu beberapa hari yang lalu
“ciiieee… namanya airin dia anak fakultas hukum, cantik ya” ucap ryan setengah menggoda tapi tak kuhiraukan. Aku lantas berdiri saat kulihat airin mengalihkan wajahnya ke arah teman-temannya.
Entah kenapa rasanya aku tak bisa menahan senyumku saat mataku berpapasan dengan matanya
Kurebahkan tubuhku di atas ranjang kayu sederhana yang berada di atap gedung tempat pesta ulang tahun salah satu sahabatku diadakan. Kupasangkan kedua sisi earphone hitam milikku ke telingaku yang mengalunkan lagu lebih indah milik adera yang baru-baru ini menjadi favoritku. Kutatap langit luas yang ditaburi milyaran bintang dan diterangi cahaya bulan yang sedang membulat sempurna malam ini. Kupejamkan mataku berharap mereka semua mampu sedikit meredam gejolak menyakitkan dalam dadaku dan juga perasaan membingungkan akhir-akhir ini tengah kurasakan
Perlahan kubuka kelopak mataku dan Di antara milyaran bintang yang bertaburan di sana mataku menangkap setitik bintang yang berada diantara bintang lainnya. Entah kenapa saat melihatnya seutas senym di bibirku terbentuk meski tipis namun tetaplah bisa sedikit melawan perasaan sesak di dadaku. Perlahan kuangkat tanganku dan kulengkungkan jari telunjuk dan ibu jariku seakan sedang memetik bintang itu, senyumku semakin menjadi
“my star” gumanku pelan dengan senyum yang masih tercetak di bibirku. Terdengar aneh di telingaku sendiri namun membuatku sedikit lega dengan perasaanku saat ini
“jadi, yang mana bintang yang lo sebut my star tadi” suara itu, kutolehkan kepalaku menatap gadis yang entah sejak kapan duduk di sebelahku dan tersenyum menatapku. Senyum itu, senyuman yang 10 tahun terakhir ini menjadi senyum yang ingin selalu kulihat di bibir manisnya itu sebelum senyum hangat yang kudapati sejak beberapa hari terakhir ini membuatku nyaris lupa akan senyuman manis yang kini kulihat.
Aku balas tersenyum lalu mengarahkan tatapanku dan menunjuk ke arah satu bintang yang bersinar sangat redup jika dibandingkan bintang di sekitarnya. Kulihat dia mengernyit bingung dan aku tau arti kebingunannya mengarah kemana. Kutarik nafas dalam-dalam lalu dalam satu tarikan nafas kukatakan tenang sambil tersenyum
“saat ini bintang itu masih sangatlah redup jika dibandingkan dengan yang lainnya, namun kelak aku akan membuatnya menjadi bintang paling terang dan indah yang pernah kulihat sepanjang hidupku”
Kutatap wajahnya yang hanya diterpa cahaya bulan yang tipis, dia tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku ikut tersenyum bersamanya. Dialah bintang pertamaku, bintang mengajariku segalanya. Mulai dari apa itu rasanya jatuh cinta, rasa sayang, dan rasa sakit secara bersamaan. Dan dia jugalah yang membuatku mengerti bahwa sesudah angka pertama ada kedua dan seterusnya.
Dan karena itulah sekarang aku sadar bahwa dia bukanlah bintang yang diciptakan tuhan untukku. dia bukanlah bintang terakhirku namun tetap menjadi salah satu bintang yang pernah mengisi hari-hariku
`terima kasih.. terima kasih karena kau telah jadi bintang yang pernah menempati ruang di hatiku meski hanya sementara dan tidak menjadi bintang terakhirku. Tapi karenamu aku bisa mengerti bahwa yang pertama tidak selamanya menjadi yang terbaik dan satu-satunya karena masih ada yang kedua dan seterusnya. Kita tidak tau takdir tuhan untuk setiap umatnya yang pasti berbeda-beda dan mungkin inilah takdirku dan akan kuterima itu dengan lapang dada. Karena kini aku sudah menemukan bintang keduaku meski masih sangat redup tapi kuyakin suatu saat akan bertambah terang…. Semoga’
Cerpen Karangan: Bhara
Blog: Bhara.rifal[-at-]mywapblog.com
full name: Bhara rifal
address: makassar
fb: Bhara Rifal
Watty: @seranggamungil

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/second-star.html

My Last Star



My Last Star

Judul Cerpen My Last Star
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta

“ahh… capek” kuhempaskan tubuhku di atas kasur kesayanganku. Hari ini Sungguh hari yang sangat melelahkan buatku, bukan hanya secara fisik. Tapi juga secara emosionlku benar-benar terkuras di pesta tadi. Rasanya aku benar-benar terkena dilemma seperti yang dirasakan kebanyakan abg labil jaman sekarang.
“akkhhh..!” aku mengacak rambut hitamku frustasi. Bintang kedua..? bullsh*t jika kukatakan aku tak lagi mengharapkannya. Mungkin aku sudah sedikit tertarik dengan gadis pemilik senyum manis yang akhir-akhir ini memenuhi otakku. Namun kenyataannya tetaplah sama, menghapus rasa cinta tidaklah semudah menghapus tulisan di papan tulis. Jangankan dalam waktu semalam saja, bahkan bertahun-tahun pun tidaklah mudah.
Masalah ini benar-benar membuatku nyaris gila. Perlahan kucoba menutup mataku, berharap rasa kantuk akan menghapus setidaknya untuk sementara masalah yang membebaniku ini. Ya allah, tunjukanlah jalan terbaik untuk hambamu ini. Agar kelak aku tak menyesal dengan keputusan dan langkah yang kutempuh nanti. Jujur aku bukanlah pria kuat seperti superman, sekuat-kuatnya aku menahan sakit ini, toh juga akan ada saatnya dimana aku tak bisa lagi menahannya.
“akkhhh…!!” Teriakku panik saat melirik jam di nakas. Gimana tidak disana terpampang jelas 7:32, yang berarti aku hanya punya waktu kurang dari 30 menit untuk ke kampus. Sekedar info aku masuk jam 8 hari ini, mana yang ngajar dosen killer lagi. Tamatlah riwayatku hari ini.
Dengan cepat kuseret tubuhku yang masih loyo ini ke kamar mandi, setidaknya cuci muka dengan sabun juga cukup. Dengan terburu-buru kubasuh wajah kusamku di wastafel lalu dengan cepat kuberlari mencari baju untuk kukenakan hari ini.
Aku keluar dari kamarku dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, kancing baju yang belum seluruhnya terpasang, rambut acak-acakan, tas berantakan dengan keadaan menganga.
“loh.. di, mau ke mana kok buru-buru gitu sampe pakaian aja masih berantakan gitu” ucap ibuku tercinta. Aku hanya nyengir lalu kuhampiri beliau dan kukecup singkat pipinya
“adi mau berangkat kuliah dulu bun, udah telat banget nih. Bye assalamu alaikum” ucapku sambil mencium tangannya.
“walaikum salam, kamu gak sarapan dulu emangnya?” tanyanya lagi. Aku menggeleng lalu segera berlari menuju motorku di garasi.
“hti-hati.. jangan ngebut” kudengar lagi teriakan ibuku dari dalam rumah saat aku hendak berangkat.
Di sekolah…
“aishhh… sial” gerutuku saat kulirik jam tangan yang melingkar di tangan kananku. Bagaimana tidak kesal coba, sekarang ini aku sudah telat 20 menit, padahal jarak rumahku ke sekolah hanya sekitar 2 km. bukannya aku tidak menancap gas motorku untuk cepat, namun apa daya jalanan ibukota sangatlah padat.
Aku berlari secepat mungkin menuju kelas tempat mata kuliahku hari ini berlangsung. Capek tak lagi kupikirkan, meski harus menempuh 3 lantai, tapi aku tetap semangat untuk sampai setidaknya lebih baik dari minggu lalu. Minggu lalu aku telat 32 menit, dan aku diceramahi habis-habisan.
Brukk
“akhh” jeritku saat tubuhku oleng dan berakhir tengkurap di lantai. Ditambah lagi sesuatu yang sangat berat jatuh di atas tubuhku.
“ohh sorry sorry gak sengaja” ucap bimbo, salah satu gajah duduk di kampus ini.
“sorry pala lu peyang… remuk nih pinggang gue. Untung gak encok gue” omel ku udah kayak emak-emak dekat komplek rumahku. Gimana gak kesal coba, udah telat eh malah ditubruk gajah melar gitu.
“iya kan gue ud..” “ahh udah minggir lu sana, telat nih gue” kudorong dia agar sedikit menyingkir dari hadapanku.
Sreet..
Kutendang segala model rerumputan yang ada ditaman ini dengan kesal. Entah cobaan apa yang telah diberi tuhan untukku hari ini. Udah telat, kena tubruk sama si gembul bimbo, eh sampe kelas malah dapat pencerahan yang menguras emosi pagi-pagi. Tapi setidaknya masalah ini membuatku sedikit melupakan masalah semalam.
Di sinilah aku sekarang, di taman belakang kampus yang sepi. Setidaknya aku bisa tenang untuk sejenak di sini. Kurebahkan tubuhku si atas rumput hijau yang cukup terawat ditaman ini. Seperti biasa saat aku pusing aku memasang earphone hitamku ke telingaku, dan mata terpejam menikmati alunan musik dari ponselku.
Tak kurasa aku sudah lama berbaring di sini sampai tertidur. Aku terbangun saat kurasakan seseorang mengusap rambutku.
“hei” sapanya kikuk, saat aku bangkit dan melepas earphoneku lalu menatapnya bingung.
Dia tersenyum. Oh tuhan, aku sampe lupa kalau dia adalah pemilik senyum yang beberapa hari ini membuatku nyaris gila. Dan apa sekarang? Dia sedang duduk dan menatapku sambil tersenyum.
“h-h-hai” oh tuhan, kenapa dengan tenggorokanku ini. Kenapa terasa kering sekali dan susuh untukku bersuara.
“aku airin, kamu adi kan?”
“iya” entah kenapa aku jadi hemat kata-kata seperti ini. Apa voucher kata-kataku sudah hampir habis jadi kudu hemat begini ya. “semalam kamu kemana? Kok ngilang gitu aja?” “ahh, i-itu semalam lagi pusing jadi pulang cepet” bohongku, padahal akulah yang pulang paling akhir karena sibuk memandangi langit di atap gedung.
“oh gitu, padahal semalam aku liat kamu tiduran diatap sampe tengah malem” refleks aku menoleh dengan mata membulat. Astaga malu gila aku sekarang. Tapi bagaimana dia tau ya. Apa dia seorang peramal?.
“aku bukan seperti yang kamu pikirkan itu. Aku tau karena aku juga di sana bersamamu dan pulang saat kau juga pulang” lagi, mataku kini seakan ingin loncat dari tempatnya.
“j-jadi, k-kau d-di..”
“iya, aku mengikutimu dan melihatmu bahkan mendengar semuanya” dia tersenyum. Oh ya tuhan apa-apaan ini, jantungku berdisko ria. Padahal semalam waktu pesta saja tidak seperti ini.
“di” “ehm” aku menoleh. Dia menatapku serius lalu seutas senyum kembali tercetak di bibirnya. Kenapa dia mudah sekali tersenyum sih, mana manis lagi.
“tidak bisakah kau lupakan dia dan melirik orang yang lebih memperhatikanmu selama ini?” aku tertegun mendengar pertanyaan atau semacam permintaan itu.
“ma-mak-maksudnya?” “aku. Aku mencintaimu di, tidak bisakah kau melirikku sedikit saja” lagi-lagi aku hanya bisa menelan ludahku dengan susah payah. Baru kali ini aku dapat pernyatan cinta dari seseorang untukku. Jantungku kini semaki memacu aliran darahku dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Kutarik nafas dalam-dalam. Kutatap ke dalam manik matanya yang biru. “apa jika jantung kita berdetak sangat cepat saat berhadapan dengan seseorang itu tandanya jatuh cinta?” ucapku seraya memegangi dadaku yang berdetak cepat.
“apa?” dia sedikit bingung dengan pertanyaanku. Dia ikut memegangi dadanya
“sepertinya” “kalau begitu sepertinya aku juga mencintaimu” ucapku tersenyum malu-malu sama sepertinya yang juga tersenyum dengan rona di pipinya.
Terima kasih ya tuhan, karena engkau telah memberiku sedikit titik terang atas rasa sakit yang selama ini kurasakan. Kini aku berjanji akan selalu menjaga kepercayanmu akan bintang yang kau tunjukkan padaku. Airin.. meski kau bukanlah bintang pertama dalam hidupku tapi kuharap kau akan menjadi bintang terakhirku.
Cerpen Karangan: Bhara Rifal
Blog: Bhara.rifal@mywapblog.com
full name: Bhara rifal
fb: bhara rifal
masih belajar menulis, jadi mohon maaf kalo jelek.
my wattpad: @seranggamungil

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/my-last-star.html

Like pencil and eraser

LIKE A PENCIL AND ERASER Karya Bhara Rifal Kita bagaikan sepasang pensil dan penghapus, berbeda sifat dan beda fungsi namun saling membutu...