Rabu, 02 November 2016

love after the rain



                                                               LOVE AFTER THE RAIN

Kerlap-kerlip lampu taman , serta tangisan langit malam mengiringi kesedihan hati seorang gadis. Gadis itu duduk menatap tanah yang basah, seperti matanya yang kini basah kuyup. Bukan karena hujan, namun arimatanya yang terus menerus mengalir bersamaan turunnya hujan.
  Gadis bernama gina itu terus saja menangis  Sejak kejadian dua jam yang lalu. Dimana kekasihnya memutuskan pergi begitu saja, meninggalkannya sendiri, setelah tau ia hamil. Kesedihannya memuncak mengingat kenyataan dimana ia mengandung diluar nikah. Apa yang akan ia katakan pada kedua orang tuanya nanti, sanggupkah ia melahirkan anaknya itu tanpa ayah?. Deretan bayangan akan kenyataan yang akan dia hadapi nantinya semakin menyiksa gina.
“na.” panggil seseorang bersuara berat yang kini berada disampingnya. Gina mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, ia menatap pria pemilik suara berat tersebut. Pri dengan tubuh tinggi itu tampak lelah dan sedih dengan payung ditangannya. Payung itu dipegangnya untuk melindungi gina dari dinginnya hujan malam. Meski itu artinya sebagian dari tubuhnya harus basah karena hujan. Ya, sedari tadi gina tidak kehujanan, dari tadi arga setia memayungi gadis itu tanpa lelah.
“udah yuk, pulang udah malem” arga mengusap wajah sembab gina. Dia menghapus airmata gina yang tak hentinya turun membasahi pipi mulusnya.
Gina masih tak bergeming, isakannya masih terdengar diantara rintikan hujan yang menumpah ke bumi.
“mau sampe kapan kamu kayak gini? Dia udah mutusin buat pergi, dan kamu gak perlu nangisin pecundang kayak dia. Ucapan arga serasa menusuk pikiran gina.
“ga” panggil raina menatap wajah arga dengan tatapan sembbnya. Kini mereka berada didalam mobil arga, setelah dua jam lebih menghabiskan waktu di taman.
“kenapa?” arga menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan sebelum menjawab gina.
Arga menatap gadis disampingnya itu. Gadis bermata coklat yang merupakan sahabatnya sekaligus cinta pertamanya sampai sekarang. Arga ingin sekali memeluk gadis yang dicintainya itu, tapi ia takut akan membuat gina risih. Dan kenyataan bahwa gina mencintai pria lain dan bahkan mengandung anaknya, membuat hati arga sakit.
“gue takut ga, gue hiks.” Lagi, gina menangis seraya menunduk. Arga memberanikan diri merengkuh tubuh gina yang mulai bergetar menahan tangis.
“ssstt.. tenang, ada aku. Jika kamu mau, aku siap buat tanggung jawab atas anak yang kamu kandung” dina melepaskan pelukan arga, ditatapnya mata arga
“ma-maksud lo apa ga?”
“aku mau kamu jadi istri aku, jadi orang tua anak kamu kelak”
~~~~
“kamu yakin ga?” tanya ayah gina ke arga. Saat ini arga, gina beserta kedua orangtua gina berada di ruang keluarga rumah gina.
“iya ga, kamu yakin?” ibu raina ikut bertanya
“iya om, tan. Saya yakin. sangat yakin”
“baiklah kami kembalikan ke gina, gimana na?” gina tersentak , jujur sja dia tak terlalu memperhatikan dan mendengarkan  pembicaraan antara orangtuanya dan arga. Ia masih bingung, antara senang dan juga merasa bersalah. Senang karena kenyataan nanti anaknya akan terlahir dengan adanya ayah. Dan rasa bersalah karena telah menarik arga kedalam masalahnya.
Dengan ragu gina mengangguk lalu menatap arga yang tampak tenang dan serius.
“baiklah, kami setuju, iya kan ma?”
“iya” arga tersenyum ramah, meski dengan kenyataan yang menyakitkan arga tetap senang bisa menikahi gina.
“baik om, besok ayah dan bunda bakal kemari buat lamaran secara resmi”
~~~
“saya terima nikah dan kawinnya ardianita gina binti rama al rasyid dengan mas kawin tersebut dan seperangkat alat sholat dibayar tunai” suara lantang dan berat arga menggema dengan satu tarikan nafas.
gimana para saksi, sah?” tanya bapak penghulu kepada para keluarga yang hadir
“sah”
“alhamdulillah” ucap penghulu itu lega.
Gina menatap sahabatnya yang kini resmi menjadi suaminya itu. Pria tampan itu tersenyum manis kearahnya. Senyum yang selalu menjadi buruan para gadis diluar sana, karena arga yang jarang tersenyum. Tapi bagi gina senyum itu sudah biasa dilihatnya.
Gina merebahkan tubuhnya dikasur king size apartemen arga. Setelah resepsi melelahkan disebuah hotel pilihan mamanya, arga dan gina memilih pulang ke apartemen arga. Selain jaraknya yang dekat, arga juga tau kalo gina masih belum siap.
“hey, belum tidur?” sahut arga yang berada diambang pintu. Gin menatap suaminya itu kaget. Bukan apa-apa, tapi ini pertama kalinya ia melihat arga yang bertelanjang dada.
“oh, maaf aku hanya ingin ambil handuk” arga melangkah menuju lemarinya. Kemudian meraih sebuah handuk.
“tidurlah, aku akan tidur diluar. Good night” ucap arga sebelum keluar dan menutup pintu. Gina masih terdiam. Rasa bersalah kembali menghampirinya. Setelah menarik arga kedalam masalahnya, ia juga seakan membuat arga tersiksa diapartemennya sendiri.
“sorry ga, sorry” setetes airmata kembali jatuh, tapi kali ini bukan karena kekasihnya yang meninggalkannya. Tapi karena rasa bersalahnya ke arga.

Minggu pagi, gina terbangun dari tidurnya setelah mendengar ketukan dipintu kamarnya. Tak terasa seminggu sudah , ia tinggal di apartemen ini dan menjadi istri arga, sahabatnya sendiri. Seminggu itu pula gina mengurung diri dikamar. Ia hanya akan keluar saat waktunya makan. Masak? Tentu saja arga yang memasak. Setiap hari sebelum berangkat, arga selalu menyempatkan dirinya memasak untuk sarapannya dan gina. Dan siangnya arga sudah memesan dan berlangganan dengan restoran siap saji dekat gedung apartemennya. Sebenarnya gina merasa tidak enak dengan arga. Tapi gengsi dan egonya sangat tinggi untuk sekedar meminta maaf.
Dengan sedikit malas, gina berjalan dan meraih knop pintu lalu membukanya.
“hay, aku ganggu?” Tanya arga seraya tersenyum manis. Gina menggeleng. Jujur saja ia terpaku pada senyuman arga yang semakin hari semakin manis menurutnya.
“mau jalan?” gina menatap mata arga yang menampilkan tatapan berharap. Tak ada salahnya jika hari ini dia refreshing. Dan setidaknya ia tak lagi mengecewakan arga.
Gina mengangguk. “ok, siap-siap. Aku tunggu diluar” ucap arga tersenyum dan mengusap puncak kepala gina. Setelahnya, arga meninggalkan gina yang masih diam.
~~~
Arga menghentikan mobilnya disebuah  jalan bertebing  dipinggir laut. Terlihat hamparan laut luas dari atas tebing yang begitu indah dimata gina. Jika kalian pernah menonton drama korea descendant of the sun, dimana tempat yang indah di urk yang sering dikunjungi kapten yoo. Seperti itulah kira-kira gambaran tempatnya. Dengan mata berbinar, gina keluar dari mobil arga. Gina berlari kecil menuju tempat yang menurutnya pas untuk menikmati keindahan tempat itu.
“kamu suka?” tanya arga yang berdiri disamping gina dan menatap gadis itu intens.
“suka, suka banget!” seru gina semangat. Dia menatap arga yang juga sedang menatapnya. Mata mereka saling beradu, keduanya seperti terhipnotis dengan mata masing-masing. Namun, arga memalingkan pandangannya lebih dulu. Dia menatap langit yang terlihat sangat dekat dengan laut, tapi pada nyatanya sangat jauh dan tak akan pernah menyatu. Seperti ia dan gina, meski ia dan gina suami istri dan sangat dekat. Namun, kenyataannya arga merasa sangat jauh dengan gina. dan selamanya gina tak akan pernah mencintainya seperti halnya langit dan bumi, tak akan menyatu. Bumi hanya bisa memandang langit. Sangat miris.
“ga, makasih ya dan maaf”
“buat?” ucap arga lalu menatap gina. Mata mereka kembali beradu. Angin laut yang terus berhembus seakan membuat helaian rambut gina berterbangan dengan lembut diwajahnya.
“makasih untuk semuanya, dan maaf juga untuk semuanya” tanpa gia duga, arga memeluknya, pelukan yang yang hangat seperti pertama kali arga memeluknya. Namun, aneh. Kini rasanya berbeda, gina merasa sangat nyaman dengan pelukan arga. Tanpa sadar gina membalas pelukan arga.
“gak papa, aku gak pernah nyesal karena pernikahan ini. Aku malah senang karena bisa menikah dengan orang yang kucintai sejak dulu. Meski aku tau kamu gak pernah cinta sama aku.” Arga mempererat pelukannya, airmatanya jatuh saat mengatakan itu. Sedangkan gina mematung, ia tak tau harus berkata apa. Arga mencintainya sejak dulu?.

8 bulan kemudian
Arga masih berkutat di depan komputerya dengan serius, padahal sudah sangat larut.
“ga, udah larut banget nih. Lo gak mau pulang?” ucap riki sahabat arga dan sekaligus teman kantor arga.
“iya nih, masih nanggung banget, lo duluan aja”
“ga, gue tau lo cinta banget sama istri lo itu, tapi lo gak harus sampe segininya juga ga. Dan gue denger iwan udah ada dijakarta buat jemput gina sama calon bayinya”  ucapan riki membuat arga menghentikan kerjanya. Dia diam menghadap komputernya dengan tatapan kosong. Jantungnya mencelos, kenyataan bahwa istrinya yang tak membalas cintanya saja sudah sangat menyakitkan. Kini dia harus rela jika gina pergi bersama orang yang selama ini ditunggu dan dicintainya.
“gue gak mau lo tambah sakit hati ga, lo itu tampan dan punya karir yang jelas. Banyak cewek diluar sana yang bersedia jadi pendamping lo dan yang pastinya cinta sama lo.” Riki menarik nafasnya dalam
“gue Cuma ngingetin lo ga, yaudah gue duluan” riki menepuk pundak arga lalu pergi meninggalkan arga yang masih diam. Dia diam karena menahan sesak didadanya yang sangat terasa menyakitkan. Riki benar dia memang harus rela jika gina pergi. Itu sudah jadi janjinya dulu saat dia ingin menikahi gina pada dirinya sendiri.
Didalam aparteman arga, gina sedang mondar-mandir menunggu suaminya yang tak pulang juga. Perutnya yang sudah sangat besar membuatnya sedikit kesusahan untuk bergerak cepat. Dan entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi sering merindukan suaminya itu, mungkin juga karena pengaruh calon bayinya yang sudah menginjak usia tua.
Pintu apartemen terbuka dan menampilkan sosok arga dengan wajah lelahnya.gina menghampiri suaminya itu dan memeluknya.
“hey, kok belum tidur?” tanya arga sambil mengusap rambut gina yang panjang.
“gue kangen lo ga,”  ucap gina yang membuat arga terkekeh. Ia melepaskan pelukan gina lalu mencium kening istrinya.
“yaudah, aku belum mandi lo, bau nih”
“ishh jorok, yaudah sana mandi, abis itu makan” ucap gina sambil mendorong tubuh arga yang melebihi tinggi badannya. aRga tersenyum  melihat tingkah istrinya.
~~~
Hari ini hari ulang tahun gina, dan arga membawanya kesuatu tempat dengan alasan akan memberinya hadiah istimewa. Setelah menempuh perjalanan sekitar sejam, akhirnya mobil arga berhenti disebuah rumah besar yang mewah. Pekrangannya saja sangat luas dan sipenuhi berbagai macam jenis bunga mawar kesukaan gina.
“ga, ini rumah siapa?” tanya gina saat turun dari mobil arga
Arga mendekati gina dan mengelus kepala gina dengan sayang.
“ini hadiah buat kamu dan calon anak kamu” ada nada kesedihan disuara berat arga saat ia mengatakan itu. Ia ingin sekali menyebut anak`kita’ namun ia tau diri.
“Hah? Jadi ini rumah kita ga,?” tanya gina semangat, jujur saja ia senang , ia bahagia mengetahui arga membeli rumah mewah ini.
Arga menggeleng “bukan, ini rumah kamu” arga merasa sangat sakit didadanya saat mengatakan itu.
“maksudnya? Inikan rumah lo yang beli, usaha lo lembur selama ini dan lo suami gue jadi, ini rumah kita. Lo sama gue ga,” ucap gina menatap mata arga yang tampak tak seperti biasanya. Mata itu terlihat lelah dan sedih.
“bukan, ini emang aku beli khusus buat kamu dan calon bayi kamu.” Arga memberi jeda sejenak lalu melanjutkan kalimatnya “ini hadiah buat ultah kamu sekaligus kenang-kenangan dari aku buat kalian” setitik airmata jatuh dari mata coklat arga. Gina makin heran dengan sikap arga.
“apa maksud lo ga, gue gak ngerti? Kalo bukan kita trus lo mau gue tinggal sendiri dirumah segede ini”  gina sedikit bergetar, dia sedih mendengar arga mengatakan hal tadi. Dia benar-benar tak mengerti sikap arga.
“coba liat belakang kamu” ucap arga sambil membalikkan badan gina
Mata gina terbelalak melihat seorang pria bertubuh hampir sama dengan arga.
“hai sayang, aku balik buat kalian, kamu dan calon anak kita” airmata gina jatuh melihat pria yang dulu pernah meninggalkannya saat ia butuh, dan kini ia kembali. Kembali setelah lama menghilang dan meninggalkan luka buat gina.
“aku pergi” arga mengusap puncak kepala gina lalu pergi dari sana. Ia sudah tak sanggup dengan rasa sakit didadanya. Dia butuh ketenangan saat ini.
~~~
Sama seperti 8 bulan yang lalu, ditaman yang sama, hujan juga sedang turun mengguyur bumi. Bedanya jika dulu arga menemani dan memayungi gina, kini arga lah yang duduk di bangku taman sendirian. Tubuhnya basah, tak ada yang menemaninya dan memayunginya. Ia menangis dalam diam, menangisi kisahnya yang menyedihkan, menangisi kekalahan dan kebodohannya.
“aku cinta sama kamu na, aku sayang sama kamu. Apapun asal kamu bahagia bakal aku lakuin, meski ku harus mati sealipun. Ahh!!” teriak arga seraya mengusap kepalanya kasar. Sebenarnya tadi ia berharap gina akan menahannya dan memintanya untuk tetap bersamanya. Namu n, nihil gina diam dan tetap menatap iwan.
“ga,” tubuh arga tegang mendengar suara gina. Reflek ia membalik badan.
“na, kamu kenapa disini dan sejak kapan disini” dengan cepat arga menghampiri gina. Arga melepas jaketnya yang basah dan memakaikannya ketubuh gina.
“ga, jangan pergi gue mohon” suara gina bergetar. Gadis itu menangis.
“hey kamu nangis? Kamu kenapa bisa kesini?” tanya arga khawatir. Gina memeluk arga erat membuat pria itu bingung
“jangan tinggalin gue ga, gue cinta sama lo” jantung arga berdetak kencang. Hujan berhenti mengguyur.
“ma-maksud k-kamu apa?”  ucap arga gugup. Gina makin mengeratkan pelukannya, tak peduli dengan perutnya yang besar.
“gue cinta sama lo ga, gue cinta sama lo” itu malah berbentuk teriakan gina.
“tapi bu-bukanya kamu-“ kalimat arga putus karena gina memotongnya
“gak! Gueudah lupa dan nyesel pernah cinta sama si br*ngs*k itu” arga senang, ia sangat bahagia. Arga harap ini bukanlah mimpi. Mimpi yang hanya akan semakin membuatnya jatuh semakin dalam.
Arga melepas pelukan gina. Ia menatap mata gadis itu dengan tatapan serius. Dia perlu tau dan memperjelas bahwa yang didengarnya bukanlah mimpi belaka.
“benarkah?” gina mengangguk malu ditengah dinginnya suhu mala ditambah tubahnya yang basah. Arga menangkap wajah gina dengan cepat dan mendaratkan ciuman dibibir istrinya. Ciuman pertama, setelah 8 bulan sudah mereka menikah. Pertama namun berlaku sebagai awal dari ciuman berikutnya kelak.

Saat hujan, kisah mereka dimulai, dan saat hujan reda semuanya terungkap. Jika dulu kesedihan yang dirasakan gina dan arga dimulai saat hujan, hujan menjadi awal bencana dan tangisan yang mewarnai hidup mereka. kini kesedihan itu mengalir bersamaan dengan redanya hujan malam ini, hujan yang menjadi saksi kisah mereka . Setelah hujan kebahagiaan itu datang , cinta yang selama ini arga tunggu dari seorang gina akhirnya tumbuh, tumbuh dan mekar sebagai buah penantian dan pengorbanannya selama ini. Sungguh kisah yang menarik bukan?, kisah cinta setelah hujan.
END

Love after the Rain
Cerpen sederhana karya : Bhara Rifal
Genre : Drama, Romance
Panjang : 2.223 words
Profil penulis :
        Full Name : Rifaldi
        Nick Name : Bhara
        Social media account : fb : Bhara Rifal
                                                 Twitter : @Bhara_lvi
                                                 Web : B-star_Arts.mywapblg.com
                                                             B-star&Arts.blogspot.com
                                                 E-mail : Bhara.star@gmail.com
        Study : mahasiswa di universitas Indonesia timur, jurusan management

Like pencil and eraser

LIKE A PENCIL AND ERASER Karya Bhara Rifal Kita bagaikan sepasang pensil dan penghapus, berbeda sifat dan beda fungsi namun saling membutu...